Tentang Kita

Betapa indahnya Islam

Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam. Sesungguhnya segala pujian hanya milik Allah Ta’ala. Kita memujiNya, memohon ampunanNya, mengemis keampunanNya. Shalawat dan salam ke atas imam orang-orang yang bertaqwa, junjungan besar nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ahli-ahli keluarga baginda serta para sahabatnya sekalian.

Karena takdir dan cinta, saya dilahirkan, cinta itu kasih sayang, elemen motivasi paling kuat dalam hidup manusia. Cinta perasaan luhur anugerah Allah kepada semua hamba-hambaNya. Nama kecil saya Nurul Aeni, saya lahir 23 tahun (saat penulisan) yang lalu, disebuah kota di Jawa Tengah, tepatnya Kudus. Terlahir dari keluarga muslim, saya dididik dalam keluarga yang harmonis.

Riwayat pendidikan:

  • SD.N. NGEMBAL REJO
  • MTs.N. KUDUS 01
  • MAN KUDUS 2
  • Fakultas Dakwah IAIN WALISONGO SEMARANG

Allah memberi jalan yang panjang untuk mengenal dakwah salafi. Mungkin terlalu hitam hati ini, penuh karat dan rasa sakit, sehingga untuk menerima yang putih penuh perjuangan. Akhirnya pertemuan dengan dua orang sahabat yang mengenalkan saya dengan dakwah salafi ( jazakumullah sobat). Adakalanya perlu saling menengang, merendahkan diri, dan menghormati demi kekalnya kebersamaan dan persahabatan. Jikala perselisihan atau bahkan pertikaian terjadi diantara kalian saya harapkan justru menambah keharmonisan.

Hp : 085228152143

email : done_hana@yahoo.co.id

Alamat : Jl. Honggowongso No. 26, Ringinwok dalam, Ngalian, Semarang,

Jl. Margoyoso III No.21, Tambak Aji, Ngaliyan, Semarang

Skripsi saya :

STUDI KOMPARATIF MODEL BIMBINGAN ROHANI DALAM MEMOTIVASI KESEMBUHAN PASIEN DI RUMAH SAKIT ISLAM SUNAN KUDUS DAN RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS

1. Latar Belakang

Pada dasarnya manusia tersusun dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Jasmani adalah bentuk fisik atau lahiriah manusia yang disebut dengan raga. Sedangkan rohani adalah hakekat dan substansi manusia yang sering disebut jiwa atau roh (Sholeh dan Musbikin, 2005:33). Kedua-duanya harus sehat, karena apabila manusia sedang sakit akan sangat berpengaruh pada kehidupannya, selain dia merasakan sakit juga membuat manusia tidak produktif lagi dan merasa kurang percaya diri. Orang sakit dengan kondisi seperti itu sangat memerlukan bantuan yang tidak hanya bantuan fisik saja tetapi juga bantuan non fisik yang berupa bantuan spiritual atau bimbingan keagamaan.

Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan petunjuk (hudan) tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk pembinaan atau pengembangan mental (rohani) yang sehat (Yusuf dan Nurihsan, 2005: 137). Dalam pandangan Islam bukan semata memberikan panduan bagaimana secara fisik mengupayakan kesehatan jasmaninya melainkan kesehatan rohani juga, yang di dalam Islam sudah terdapat ajaran dan praktek-praktek praktis yang dapat membina jasmani dan rohani menjadi sehat. Sehat dalam pandangan Islam adalah keserasian antara aspek tubuh, aspek jiwa, aspek perasaan dan aspek akal pikiran. Dengan kata lain Islam tidak mengabaikan segi kejiwaan dalam mengobati dan menyembuhkan manusia untuk menjadi sehat lahir dan batin.

Perhatian ilmuwan dibidang kedokteran umumnya dan kedokteran jiwa (psikiatri) khususnya terhadap agama semakin besar. Tindakan kedokteran tidak selamanya berhasil, seorang ilmuwan kedokteran berkata: “Dokter yang mengobati, tetapi Tuhan yang menyembuhkan” (Hawari, 1996: 13). Tidak hanya di dalam Islam, dalam Kristen juga mengakui kondisi jasmani dipengaruhi oleh kondisi rohani.

Dalam Roma 6: 12-13, 18-19 berbunyi:

“Tuntunan Tuhan Yesus bahkan menunjukan bahwa: organ-organ tubuh manusia, kelenjar-kelenjarnya, dapat dikendalikan oleh roh-roh. Dan roh-roh tertentu, karena kecemasan organ-organ tubuh tertentu mampu mengacaukan kerja organ tubuh yang bersangkutan, sehingga menimbulkan penyakit jasmani, bahkan membawa kepada kematian”.

Sebagaimana yang penulis uraikan dimuka bahwa manusia terdiri dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Dari keduanya inilah menunjukkan bahwa manusia tidak hanya memerlukan penanganan secara fisik saja, tetapi diperlukan pula dari sisi rohani, dan keduanya harus berjalan secara integral dan sinergis. Manakala manusia sakit, baik secara fisik (seperti: kanker, terserang infeksi pernafasan, jantung, darah tinggi, dan lain-lain) maupun secara rohani (seperti: cemas, gelisah, stres, depresi, dan lain-lain) tentu ia akan berupaya untuk menanggulanginya serta berusaha untuk mengobatinya. Rumah sakit merupakan salah satu alternatifnya, di rumah sakit ia akan mendapat perawatan serta pengobatan dari para perawat dan para dokter. Dadang Hawari (1996:18) menyebutkan bahwa dalam hal kemampuan penderitaan dan penyembuhan, ternyata mereka yang religius lebih mampu mengatasi dan proses penyembuhan penyakit lebih cepat. Untuk menumbuhkan sikap kereligiusan pasien maka diperlukan adanya bimbingan rohani bagi pasien di rumah sakit.

Terapi bisa dilakukan melalui berdoa yang menimbulkan kekuatan jiwa. Collins (1989:4) menyatakan bahwa Tuhan Allah mengatur setiap bagian hidup kita, mendengar doa anak-anak-Nya, menyelamatkan yang percaya dan menolong mereka untuk mengatasi segala persoalan hidupnya. Ada banyak bagian dalam perjanjian baru yang menyinggung ajaran untuk saling menasehati, membangun, menghibur mereka yang tawar hati, membela mereka yang lemah dan sabar terhadap semua orang. Jadi setiap orang Kristen mempunyai tugas untuk menolong orang lain, yang dalam bahasa Yunani, dipakai kata paraklenis, yang artinya “datang untuk menolong”; arti lebih luas, ialah memberi penghibur, mendukung, memberi semangat dan menasehati, dan semuanya itu terdapat dalam konseling dan bimbingan (Collins; 1989, 11).

Bimbingan rohani bertujuan untuk memecahkan problem perseorangan dengan melalui peningkatan keimanan menurut agamanya (Arifin, 1994:19). Apabila pasien seorang muslim atau beragama Islam maka mendapat bimbingan dari rohaniawan Islam yang tugasnya sebagai juru pengingat (muzakkir) sebagai juru penghibur (mubassyer) hati duka. Sebagaimana firman Allah surat Al Imron ayat 159 yang menyatakan:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Artinya: Maka karena rahmat Allah, engkau (Muhammad) dapat bertindak lemah lembut kepada mereka (kaum kafir) dan jika engkau berlaku kasar dan keras hati maka mereka akan melarikan diri dari padamu, maka maafkanlah mereka dan mintakan ampun atas dosa-dosa mereka. Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah mencintai orang yang bertawakkal (Departemen Agama RI, 2006:71).

Ayat ini menunjukkan betapa tepatnya seorang rohaniawan membantu orang lain khususnya pasien untuk mendapatkan jalan pemecahan problema-problema hidup yang dialami. Dengan hati-hati dan tutur kata yang lemah lembut serta penuh kasih sayang pasien akan memperoleh daya rohaniah yang sejuk dan tentram dari padanya.

Sebaliknya pasien yang memeluk agama kristen mendapatkan bimbingan dari para pendeta atau pastor, yang bertugas memberikan pelayanan kepada mereka yang membutuhkan petunjuk dan bantuan nasihat keagamaan, sebagaimana disebutkan di dalam Amsal, 14:31, mat 10: 42.

“Bahwa menolong orang lain, mengurangi penderitaan mereka adalah pekerjaan yang mulia, dan sering kali merupakan langkah yang penting dalam penginjilan”.

Seorang pastur dalam keterangan di atas harus rajin berbuat baik, karena layanan rohani adalah bagian integral dari hidup rohaniawan. Prinsip untuk menolong orang lain ini harus dipupuk, dan harus menjadi semakin jelas bila kita tumbuh dalam iman kepada Tuhan Yesus (Collins, 1989:16).

Inilah yang telah diupayakan dan dilaksanakan serta diterapkan oleh Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus yang berupaya memberikan bantuan terhadap orang yang sakit (pasien) melalui pengobatan secara medis dan pelayanan spiritual atau bimbingan rohani. Dengan adanya santunan keagamaan yang dilakukan oleh rohaniawan diharapkan jiwa pasien akan tertanam perasaan tenang dan tentram.

Dalam membahas pelaksanaan model bimbingan rohani di kedua rumah sakit tersebut, penulis ingin mengetahui persamaan dan perbedaannya. Meskipun pelaksanaan model bimbingan rohani Kristen jarang ditemukan, kecuali di rumah sakit Kristen akan tetapi dipilihnya model bimbingan rohani Kristen di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus sebagai studi banding dengan bimbingan rohani Islam di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus. Hal tersebut dikarenakan menurut penulis belum terdapat penelitian yang membahas secara komprehensif perbandingan model bimbingan rohani pada rumah sakit Kristen dan Islam.

Bertitik tolak pada uraian di atas, maka penelitian tentang model bimbingan rohani di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus sangat penting, karena pada akhir-akhir ini banyak rumah sakit yang menyediakan pelayanan bimbingan rohani, serta wacana tentang peran perawat rohani bagi pasien, secara umum mulai marak didiskusikan. Hal ini bisa dilihat dari pelbagai kajian yang dilakukan oleh pengamat. Pada bulan Juni 2003, misalnya diadakan pertemuan psikiater dan konselor sedunia di Wina (Austria), pada pertemuan itu di hasilkan bahwa bimbingan rohani ternyata berdampak kepada peningkatan kesembuhan pasien. Sedangkan di Indonesia sering diadakan pelatihan-pelatihan terkait dengan bimbigan rohani, seperti pelatihan SCOPE ( Spiritual Care on Patient Training) yang diadakan atas kerja sama Rumah Sakit Medika Permata Hijau Jakarta dengan LPM (Lembaga Pelayanan Masyarakat) Baznas Dompet Dhuafa (http://www.mail.archive.com/ekonomi-syariah@yahoogroup.com).

Dengan memperhatikan keterangan di atas mendorong penulis melakukan penelitian dengan judul “Studi Komparatif Model Bimbingan Rohani dalam Memotivasi Kesembuhan Pasien di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus”.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas ada beberapa hal yang menjadi fokus permasalahan dan akan dikaji dalam penelitian ini, permasalahan tersebut antara lain:

2.1 Bagaimana penerapan model bimbingan rohani dalam memotivasi kesembuhan pasien di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.

2.2 Bagaimana kelebihan dan kekurangan model bimbingan rohani di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

3.1 Tujuan penelitian :

3.1.1. Untuk mengetahui penerapan model bimbingan rohani dalam memotivasi kesembuhan pasien di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.

3.1.2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penerapan model bimbingan rohani di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.

3.2 Manfaat penelitian adalah:

3.2.1 Manfaat teoritis

Menambah wawasan tentang bimbingan rohani Islam dan bimbingan rohani Kristen di rumah sakit.

Menambah keilmuan yang dapat membantu kesembuhan pasien.

3.2.2 Manfaat praktis

Memberikan gambaran kepada rohaniawan rumah sakit dalam membantu pasien agar sehat jasmani dan rohani.

Memberikan masukan kepada rohaniawan dalam pelaksanaan bimbingan kerohaniaan.

4. Tinjauan Pustaka

Untuk memperjelas posisi penelitian penulis, maka penulis sertakan beberapa hasil penulisan yang ada relevansinya dengan skripsi penulis, dimana isi dari hasil penulisan tersebut sama-sama mengkaji tentang bimbingan rohani di rumah sakit.

Skripsi yang berjudul “Peran Rohaniawan Islam di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang dalam Memotivasi Kesembuhan Pasien oleh Taufik tahun 2005. Secara garis besar menerangkan bahwa rohaniawan Islam di rumah sakit Islam Sultan Agung Semarang berperan sangat besar dalam memotivasi kesembuhan pasien, karena dengan kehadiran rohaniawan dengan bimbingan penyuluhan Islamnya pasien bisa tersugesti dan menjadi lebih tenang serta lebih bersemangat untuk sembuh juga selalu memasrahkan dirinya seutuhnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang tentunya hal ini akan membantu proses penyembuhan. Sedangkan penulisan yang penulis lakukan, selain untuk mengetahui penerapan bimbingan rohani Islam di rumah sakit, tetapi juga untuk mengetahui penerapan bimbingan rohani Kristen dan kesamaan ada pada pokok kajian penulisan yakni peran bimbingan rohani dalam memotivasi kesembuhan pasien.

Skripsi yang ditulis oleh Umi Inayati (2006) yang berjudul “Hubungan Bimbingan Rohani Islam dengan Memotivasi Kesembuhan Pasien di RSU PKU Muhammadiyah Gombong Kebumen”. Umi Inayati menyimpulkan bahwa bimbingan rohani Islam memiliki hubungan yang erat dengan memotivasi kesembuhan pasien, mengingat untuk membantu mengatasi kesulitan yang dialami pasien dalam hal rohaninya, maka dapat menjadi pendorong dalam mencapai kesembuhan dan tetap optimis dalam menerima cobaan dan ujian dari Allah Subhanahu wa ta’ala.

Skripsi yang berjudul “Aktivitas Perawat dalam Memotivasi Kesembuhan atau Khusnul Khotimah Pasien di Rumah Sakit Umum Islam Harapan Anda Tegal”, oleh Ujiburrokhim lulus tahun 1998, yang isinya: bahwa dengan melihat kondisi dan situasi pasien yang sangat komplek pada saat itu, perlu adanya kehadiran da’i atau merawat yang mampu memahami pasien. Pasien yang dalam kondisi jiwanya labil perlu adanya santunan rohani dalam rangka memotivasi kesembuhan pasien yang dalam keadaan kritis dengan cara dibimbing supaya selalu ingat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yaitu dengan kalimat tayyibah sehingga apabila meninggal dalam keadaan khusnul khotimah sebagaimana dambaan seorang muslim.

5. Kerangka Teoritik

Untuk mengetahui sumber rujukan yang relevan dengan masalah yang penulis lakukan perlu disusun kerangka teoritik. Kerangka teoritik merupakan tuntunan memecahkan masalah dan menentukan prinsip-prinsip hipotesis dan teori.

1. Model Bimbingan Rohani

Secara harfiah istilah bimbingan merupakan terjemahan dari “guidance” dari akar kata “guide” berarti 1) mengarahkan (to direct), 2) memandu (to pilot), 3) mengelola (to manage), dan 4) menyetir (to steer). Dari definisi diatas dapat diangkat makna sebagai berikut: bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan (Yusuf dan Nasution, 2005:6).

Sedangkan menurut Sukardi (1995:2), bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan seseorang atau sekelompok orang secara terus menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri.

Rohani berasal dari kata roh. Philips (1997:126-127) menyatakan manusia terdiri atas tri tunggal: jiwa, roh, dan tubuh, sebagaimana dalam akhir suratnya yang pertama kepada jamaat tesalonika, Rosul Paulus menulis: semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara dengan tak bercacat (1 Tes, 5: 23).

Dalam agama Kristen terdapat dua jenis roh: roh jahat dan roh baik. Roh baik selalu ingin memajukan hidup seseorang dalam berhubungan dengan Tuhan dengan memberikan suka cita sejati dalam hidupnya atau dengan kata lain keadaan jiwa yang mengalami gerak batin sehingga mencintai Tuhan. Sedangkan roh jahat kebalikan dari roh baik (Shakuntala, 1998:83).

Sedangkan kata rohani dalam agama Islam berasal dari kata al-ruh, diantaranya para ahli sendiri juga tidak memperoleh kata sepakat mengenai batasannya. Dengan berpedoman kitab suci Al-qur’an, pada beberapa terjemahan berbahasa Indonesia, ditemukan kata-kata yang sama, diartikan dengan jiwa, yaitu al-ruh dan al-nafs, yang keduanya itu manusia mempunyai daya hidup (hayat). Menurut pendapat Muhammad Wakid, manusia hidup adalah manusia yang terdapat dalam dirinya roh, nafs, dan hayat. Dengan hayatlah manusia dapat hidup, bernafas dengan paru-paru, dan dengan nafs dia dapat merasa melalui panca indera. Dengan roh manusia selalu meningkat dalam perkembangan hidupnya. Ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi satu sama lainnya (Anshori, 2003:55). Menurut jumhur ulama, al-ruh berarti roh yang ada dalam badan, hal ini sesuai dalam Al-qur’an surat Al-Isra’ ayat 85:

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.(Departemen Agama RI,2006:145)

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka bimbingan rohani Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Bimbingan Islami merupakan proses pemberian bantuan, artinya bimbingan tidak menentukan atau mengharuskan, melainkan sekedar membantu individu. Individu dibantu, dibimbing agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah (Faqih, 2001:4).

2. Motivasi Kesembuhan Pasien.

Motif adalah istilah yang luas pengertiannya, dipergunakan untuk melingkupi semua macam dan bentuk tingkah laku, yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu. Sedangkan Baihaqi, dkk (2005:43) mendefinisikan motivasi adalah istilah yang memiliki pengertian sangat luas, dipergunakan dalam psikologi untuk melingkupi keadaan-keadaan dan kondisi-kondisi dalam mengaktifkan, memberi energi dan menggerakkan organisme menuju kepada tingkah laku yang mengarah pada tujuan tertentu.

Motivasi juga dapat dikatakan kebutuhan psikologis yang telah memiliki corak atau arah yang harus dipenuhi agar kehidupan kejiwaannya terpelihara, yaitu senantiasa berada dalam keadaan seimbang yang nyaman (homeostasis equilibrium). Pada awalnya kebutuhan itu hanya berupa kekuatan dasar saja. Namun selanjutnya berubah menjadi suatu vector yang disebut motivasi, karena memiliki kekuatan dan sekaligus arah. Adanya arah ini menggambarkan bahwa manusia tidak hanya memiliki kebutuhan melainkan keinginan untuk mencapai sesuatu sesuai dengan kebutuhan. (Wiramihardja, 2006:7).

Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri sekarang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu (Djamarah, 2002:114).

Kesembuhan berasal dari kata sembuh yang berarti sehat kembali, pulih (Poerwadarminto, 2002:127), sedangkan pasien adalah orang sakit yang dirawat dokter atau penderita sakit (Poerwadarminto, 2002:834). Dengan adanya motivasi, maka seseorang akan terdorong oleh kekuatan spiritual akan suatu kebutuhan, kebutuhan yang harus dipenuhi manusia salah satunya yaitu kebutuhan untuk sehat kembali atau sembuh.

6. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu peneliti harus turun ke lapangan dan berada disana dalam waktu yang cukup lama (Nasution, 1992:5). Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan fenomenologis yaitu untuk memberikan kajian tentang penerapan model bimbingan rohani di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus

b. Definisi Konseptual

Model adalah pola; acuan; ragam (Poerwadarminto, 2002:773). Walgito (1995:4) menyatakan bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. Sedangkan rohani, berupa roh; yang bertalian atau berkenaan dengan roh; yang tidak berbadan atau jasmani (Poerwadarminto 2002:2023).

Memotivasi adalah memberikan motivasi atau menciptakan suasana yang subur untuk lahirnya motif. Sedangkan motivasi sendiri adalah suatu dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah kepada suatu tujuan tertentu (Surya, 2003:98). Kesembuhan berasal dari kata sembuh yang berarti menjadi sehat kembali dari sakit atau penyakit (Poerwadarminto, 2002:1027). Setiap penyakit betapapun ringan seperti: flu, sakit perut, kepala pusing dan sebagainya dirasakan sebagai suatu gangguan dalam jalan kehidupan sehari-hari, penyakit itu dapat menyebabkan kecemasan.

Sedangkan pasien adalah orang yang sakit yang dirawat dokter atau penderita sakit (Poerwadarminto, 2002:834). Pasien biasanya mendapat perawatan disuatu lembaga yang disebut rumah sakit. Rumah sakit adalah semacam lembaga yang memberikan bantuan berhubungan dengan urusan kesehatan seperti: pengobatan, operasi, dan revalidasi (Brouwer, dkk, 1983:7).

c. Definisi Operasional

Definisi operasional ini merupakan usaha memperjelas ruang lingkup penelitian, sebagaimana termaktub dalam judul penelitian.

Dalam rangka membantu keadaan pasien yang sakit, rumah sakit memberikan pelayanan spiritual atau bimbingan rohani disamping pelayanan medis. Telah ditemukan ada bermacam-macam model dalam mengadakan bimbingan rohani. Model bimbingan rohani yang dimaksud dalam penulisan ini adalah acuan rohaniawan dalam pelaksanaan bimbingan. Berdasarkan isinya model bimbingan rohani terjadi menurut agama dan kepercayaan yang dipeluk oleh orang yang membimbing maupun oleh orang yang dibimbing (Darminta, 2005:22). Agama dan kepercayaan yang berbeda juga mempunyai kerohanian yang berbeda, masing-masing mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Telah diketahui kerohanian menurut agama dikenal ada kerohanian Hindu, Budha, Islam, Kristen, dan kepercayaan tertentu. Pembahasan dalam tulisan ini lebih tertuju untuk memahami dan menggali kerohanian Islam dan Kristen yang diterapkan di rumah sakit.

Sedangkan pasien dalam konteks ini adalah pasien rawat inap, karena biasanya pasien yang bukan rawat inap dalam arti rawat jalan kurang membutuhkan bimbingan rohani. Pihak rumah sakitpun terkadang tidak memberikan pelayanan spiritual atau bimbingan rohani bagi pasien rawat jalan.

d. Sumber dan jenis Data

Penelitian hendaknya disebutkan sumber data, sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006:129). Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka dalam hal ini adanya sumber yang perlu digali atau dicari fenomena yang ada dilapangan (field research).

Sumber data dalam penelitian ini ada dua yakni dokumen dan stakeholder penyelenggara bimbingan rohani. Dokumen yang dijadikan sumber penelitian ini adalah data-data tentang pedoman operasional bimbingan rohani, hasil-hasil rapat evaluasi, doa-doa yang digunakan oleh perawat rohani, dan laporan-laporan pelaksanaan bimbingan rohani. Adapun stakeholder yang dijadikan sumber penelitian adalah orang-orang yang kepentingan dan terkait secara langsung dalam penyelenggaraan bimbingan rohani yaitu pasien dan keluarganya, pegawai atau karyawan, petugas perawat rohani Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.

Jenis data terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder (Narbuko dan Ahmadi, 2005:164). Data primer diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur dan teknik pengambilan data yang dapat berupa interview, observasi, maupun penggunaan instrumen pengukuran yang khusus dirancang sesuai dengan tujuannya (Azwar, 2001:36). Adapun dalam penulisan ini sumber primer adalah pasien dan rohaniawan di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung untuk memperjelas sumber daya primer berupa data kepustakaan yang berkorelasi kerap dengan pembahasan obyek penelitian (Moleong, 1998:114). Adapun sumber sekundernya adalah dokter, perawat, direktur, staf dan karyawan Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus sebagai penunjang dari sumber primer disertai buku-buku yang terkait serta dokumentasi dan arsip-arsip resmi dan sebagainya yang ada kaitannya dengan penulisan ini.

e. Sampel Purposive

Dalam penulisan ini, teknik pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling digunakan bila penelitian menduga bahwa populasinya tidak homogen atau heterogen (Muhadjir, 2007:42). Selanjutnya sebagai pendukung penulis menggunakan teknik incidental sampling yaitu individu yang kebetulan dijumpai dan sesuai dengan ciri-ciri atau karakteristik subyek penelitian mempunyai kesamaan, yaitu kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Pemilihan teknik sampel tersebut digunakan dengan menggunakan pertimbangan bahwa pasien sering berubah, baik karena kematian maupun pindah rumah sakit.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini penulis menetapkan sampel sebanyak 2 rohaniawan dan 20 pasien pada masing-masing rumah sakit sebagai informan penelitian.

f. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data dalam penulisan ini, maka penulis menggunakan metode:

1. Metode observasi (pengamatan)

Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki (Narbuko dan Achmadi, 2005:70). Penelitian ini dilakukan oleh penulis dengan cara terjun langsung ke lapangan dengan melihat, mengamati fenomena-fenomena yang ada di rumah sakit tersebut tentang model bimbingan rohani di rumah sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.

2. Metode Interview (wawancara)

Metode interview (wawancara) adalah cara pengumpulan data dengan cara tanya jawab. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2002:135). Penulis berdialog langsung dengan pihak rumah sakit yaitu dengan direktur, rohaniawan, dokter, pasien, untuk menggali data tentang sejarah, latar belakang berdirinya rumah sakit, kegiatan-kegiatan yang ada, dan juga untuk mendapatkan tanggapan dari para pasien tentang adanya bimbingan rohani.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006:231). Dokumentasi dalam penelitian ini adalah data-data tentang hasil-hasil rapat evaluasi, pedoman pelaksanaan, buku bimbingan rohani, laporan-laporan pelaksanaan bimbingan rohani, dan lain-lain.

4. Metode Kuesioner (Angket)

Metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk memperoleh data, angket disebarkan kepada responden (Narboku dan Achmadi, 2005:76).

g. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh dari observasi, wawancara, dokumentasi dan kuesioner, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Dalam menganalisa data digunakan teknik deskriptif komparatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data (Narbuko dan Achmadi, 2005:44). Sedangkan penelitian komparasi akan dapat menentukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tetang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja (Arikunto, 2006:267). Dari komparasi tersebut diharapkan dapat ditemukan titik perbedaan dan persamaan serta implementasinya dalam masyarakat.

7. Sistematika Penulisan Skripsi

Skripsi ini disusun ke dalam lima bab yang mana antara bab satu dengan bab berikutnya merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Mengingat satu sama lainnya bersifat integral komprehensif.

Bab pertama berisi pendahuluan, merupakan gambaran umum secara global dengan memuat: latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika penulisan. Dalam bab pertama ini menggambarkan isi skripsi secara keseluruhan namun dalam satu kesatuan yang ringkas dan padat guna menjadi pedoman untuk bab II, III, IV, dan V.

Bab kedua tentang gambaran umum model bimbingan rohani, motivasi dan kesembuhan pasien. Adapun pembahasannya dibagi menjadi tiga sub bab. Pertama mengenai penerapan model bimbingan rohani yang meliputi pengertian bimbingan rohani, konsep bimbingan rohani dalam Islam dan Kristen, tujuan dan fungsi bimbingan rohani, metode yang diterapkan selama bimbingan serta kebutuhan akan bimbingan rohani dilihat dari pandangan Islam dan Kristen. Sub bab kedua, mengenai motivasi, cara memotivasi, macam-macam motivasi. Sementara sub bab ketiga mengenai kesembuhan pasien yang meliputi pengertian kesembuhan pasien dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesembuhan pasien.

Bab ketiga berisi peran bimbingan rohani dalam memotivasi kesembuhan pasien di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Adapun pembahasannya dibagi menjadi dua sub bab. Sub bab pertama mengenai gambaran umum Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan model bimbingan rohani ditinjau dari Islam. Sub bab kedua gambaran umum Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus dan model bimbingan rohani ditinjau dari Kristen.

Bab keempat tentang analisis komperatif model bimbingan rohani Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.

Bab kelima penutup merupakan bab yang meliputi kesimpulan, dimaksudkan untuk menarik kesimpulan yang dijadikan dasar deduksi, saran-saran dan kata akhir penulisan.

DAFTAR PUSTAKA

Anshori, M. Afif. 2003, Dzikir Demi Kedamaian Jiwa. Yoqyakarta: Pustaka Pelajar

Arifin. 1994. Teori-Teori Konseling Umum dan Agama. Jakarta: Golden Terayu Press.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Syaifuddin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baihaqi, dkk. 2005. Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan). Bandung: Refika Aditama.

Brouwer, dkk. 1983. Rumah Sakit dalam Cahaya Ilmu Jiwa. Jakarta: Grafidian.

Collins, Gary R. 1989. (Diterjemahkan Esther Susabda). Efektif Christian Counseling. Malang: Seminari Al-Kitab Asia Tenggara.

Darminta, SJ. 2006. Praksis Bimbingan Rohani.Yogyakarta: Kanisius.

Departemen Agama RI. 2000. Al Quran dan terjemahannya. Bandung: CV. Diponegoro.

Poerwodarminto. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Djamarah, Syaiful Bahri.2002. Psikilogi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Faqih, Ainur Rahim. 2001. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII Press.

Hawari, Dadang. 1998. Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa.

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Muhadjir, Noeng. 2007. Metodologi Keilmuan Paradigma Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixe., Yogyakarta: Rake Sarasin.

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution. 1992. Metode Penelitian Narutalistik Kualitatif. Bandung: Transito.

Phillips, Mc Candish.1997. Dunia Roh; Suatu Ringkasan dari Al kitab, Dunia Supranatural dan Bangsa Yahudi. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.

Shakuntalan, Bambang. 1998. Roh Baik dan Roh Jahat. Yogyakarta: Kanisius.

Sholeh, Mohammad dan Musbikin, Imam. 2005. Agama sebagai Terapi: Telaah Menuju Ilmu Kedokteran Holistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitia. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, Dewa Ketut. 1995. Proses Bimbingn dan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Surya, Mohamad. 2003. Psikologi Konseling, Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Walgito, Bimo. 1995. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Andi Offset.

Wiramihardja, Sutardjo A. 2006. Pengantar Psikologi Klinis. Bandung: Refika Aditama.

Yusuf, Syamsul dan Nurihsan, Jundika. 2005. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.

>

2 Tanggapan

  1. Assalamu’alaykum
    Kunjungan balik
    Syukron dah naroh link punya saya
    Semoga menjadi blog yang bermanfaat bagi siapapun..

  2. assalamu’alaikum ukhtiy salam kenal yah ^^

Komentar ditutup.